Di sebuah pemukiman desa, hiduplah sepasang
kakek dan nenek yang tidak memiliki anak. Namun selama ini mereka saling
melengkapi satu sama lain.
Sang suami memang hanya bekerja buruhan dan
memiliki penghasilan yang sangat-sangat terbatas. Namun istrinya selalu
mengantar dan menyambutnya dengan senyuman ketika berangkat hingga pulang ke
rumah.
Inilah yang membuat sang kakek merasa sangat
beruntung memiliki istrinya. Ia berjanji akan memberikan apapun yang ia minta.
Suatu hari sang nenek membuka gulungan rambutnya.
Ia melihat bahwa rambutnya sudah sangat panjang dan butuh disisir. Namun tak
sebatang sisir pun ia miliki karena selama beberapa bulan ini ia hanya menyisir
dengan jari akibat tak menemukan sisir lamanya.
"Pak, sepertinya rambutku sudah sangat
panjang dan aku membutuhkan sisir," ujarnya.
Sang kakek tertegun. Ia tahu uangnya hanya
cukup untuk makan beberapa hari. Membeli sisir hanya akan mengurangi kenikmatan
makan istrinya.
"Belum bisa sekarang ya istriku, Sayang.
Tapi, pasti aku akan membelikanmu sisir," ujarnya sambil mencium rambut
istrinya.
Mendengar jawaban sang suami, istri itu
mengangguk dan tidak memaksa.Ia tetap melemparkan senyum padanya.
Keesokan harinya, sang kakek berangkat ke
kota. Ia memasuki sebuah pertokoan dan menggadaikan jam tangan terbagus yang ia
miliki. Setelah mendapatkan uang yang cukup, bahkan lebih-lebih, ia berjalan
menuju toko peralatan kecantikan.
Di sana ia membelikan sisir yang cantik untuk
istrinya. Ia tidak merasa berat menukar jam tangan mewahnya dengan sisir selama
istrinya senang.
"Ia sangat mencintaiku. Maka aku harus
memberikannya sisir yang paling cantik," batinnya sambil memilih sisir
merah yang sesuai dengan warna kesukaan istrinya.
Setelah berjejal-jejalan di kota, sang kakek
pulang ke rumah. Namun ia sangat terkejut mendapati rambut istrinya lebih
pendek dari sebelumnya. Meski begitu sang istri tetap menyambutnya dengan
senyuman.
"Ada apa dengan rambutmu? Ini, aku
membelikanmu sisir," kata sang suami yang masih sedikit bengong.
"Aku memotongnya," kata sang nenek.
"Ini untukmu, Suamiku," ujarnya lagi sambil memberikan benda yang
membuat sang kakek terbelalak. Namun kemudian dengan haru berpelukan dengan
sang istri.
Nenek itu memotong rambutnya untuk ditukar
dengan sebuah jam tangan. Rambutnya memang lebih pendek, namun setidaknya ia
tak membiarkan suaminya berkorban sendirian.
Ia tahu bahwa suaminya akan melakukan apapun
untuknya, maka ia pun juga ingin melakukan sesuatu untuk sang suami.
"Terima kasih selalu mencintai sepenuh hati, suamiku," ujarnya.
Sang suami memeluknya dan mencium keningnya,
"Kau adalah hadiah terindah dari Tuhan yang pernah kumiliki," balas
sang kakek.
Tak ada yang pernah sia-sia dari pengorbanan
untuk yang tercinta. Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita semua untuk tetap
mencintai pasangan kita dengan setulus hati.
0 komentar:
Posting Komentar